Manajemen Diri

Suatu hari saya bertemu dengan teman lama yang sudah berpuluh tahun tidak berjumpa. Pertemuan tanpa sengaja tersebut, membuat angan kami terbang ke masa lampau. Kami bernostalgia sejenak. Dibanding saat kami muda dulu, teman saya saat ini berubah sangat alim. Ia yang tadinya pemarah, kini santun dan lembut pada setiap tutur katanya. Pendek kata, ia sudah berubah.  Kepadanya saya sempat bertanya,”Cak, saya melihat sampeyan seperti terlahir kembali. Terlahir menjadi pribadi baru yang mampu melihat dengan kejernihan mata hati. Tak seperti dulu, pemarah dan mudah tersinggung,”.

Atas pertanyaan saya  tersebut, ia hanya mengulum senyum. Tak banyak berkata-kata, selain sebait kalimat yang meluncur dari bibirnya. “Sabar adalah jalan hidup,”. Ucapan yang menyejukkan.

Memang tak mudah untuk mengelola hati kita, perlu pengembaraan batiniah, sekaligus latihan dalam langkah hidup kita, setiap terpaan badai ujian yang menghampiri kita, dibarengi dengan sikap ikhlas untuk melaluinya.     
Sabar dan ikhlas adalah dua komponen yang saling berkaitan. Lantas apa hubungannya  antara kesabaran dan keikhlasan?. Hubungannya sangat erat sekali, karena keikhlasan muncul dalam hati yang mudah berubah ini. Muara keikhlasan adalah kesabaran.

Keikhlasan akan muncul ketika seseorang dapat menerima semua yang diperolehnya dengan lapang dada dan meyakini bahwa semuanya itu merupakan sebuah cobaan ataupun nikmat dari Allah. Jika sesuatu itu cobaan untuk kita, bersabarlah dan ambil hikmah yang ada dibalik semua itu.


Dalam menapaki fase kehidupan, banyak diantara kita yang tidak dapat menerima apa yang diberikan oleh Allah, baik berupa ujian maupun tantangan hidup sehingga hari-harinya dilalui dengan ketidaktenangan, galau, dan tanpa disadari akan berakibat pada menurunnya prestasi, timbulnya suatu penyakit psikis dan juga fisik serta menjauhkan diri dari rasa syukur. Semoga kita selalu dijauhkan oleh Allah dari sikap tersebut, amin.

 
    foto. google.com


Catatan tentang Manajemen Diri ini, berangkat dari sebuah pergumulan batin yang penulis alami. Suatu perjalanan yang membuat penulis sempat terpaku, berdiri di persimpangan jalan.  Dalam pergumulan situasi yang tidak menentu inilah, tumbuh suatu kesadaran betapa pentingnya suatu sikap yang bernama ikhlas. Mengapa, karena tanpa adanya keikhlasan ini, diri kita akan mengalami banyak hal yang tidak mengenakkan.  
Semoga, kita dimampukan oleh-NYA untuk menjadi pribadi yang senantiasa ikhlas, sabar dalam menjali fase-fase kehidupan yang kita alami. Karena ikhlas dan sabar adalah jembatan untuk meraih keberkahan dan kebahagiaan hidup. Amiin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan

Renungan: SELEMBAR SARUNG LUSUH

Hidup Itu Seperti Menari