Hidup Itu Seperti Menari


Dalam perjalanan hidup yang kita lalui, banyak pengalaman yang sudah pasti kita temui. Kadang menyenangkan, kadang tidak menyenangkan, bahkan menyakitkan.  Pengalaman-pengalaman hidup tersebut oleh Tuhan memang dihadirkan untuk kita agar kita mampu memaknainya.

Ketika kita bertemu dengan sesuatu yang menyenangkan, tidak lantas kita menepuk dada dan lupa diri. Dalam episode 'menyenangkan' inilah sering ada celah pengingkaran atas kenikmatan tersebut. Disinilah ujian tersebut menyertai. Sering manusia beranggapan keliru ketika mendapat kesenangan seakan-akan dirinya dimuliakan Tuhan, sebaliknya ketika ia mendapat kesulitan (kesusahan) seakan-akan Tuhan menimpakan kesialan kepada dirinya, dan Tuhan telah bertindak tidak adil dengan menghinakannya.

Bila kita diberi kesenangan sudah seharusnyalah kita menabur kesenangan (kebahagiaan) yang kita dapatkan untuk memberi kebahagiaan pada orang-orang di sekeliling kita (beramal soleh). Dengan demikian kesenangan (kebahagiaan) yang kita terima akan bermanfaat dan bermartabat, dan dengan cara   ini pula kita akan terlahir menjadi pribadi yang tangguh dan mengerti rasa syukur.

Sebaliknya jika kita diuji dengan kesusahan jangan lantas menganggap itu bentuk ketidak adilan Tuhan, tetapi sesungguhnya kita tengah dididik untuk menjadi pribadi yang kuat, tangguh dan diajarkan untuk mengerti salah satu rahasia kebesaran-NYA, yang bernama kebijakan. Harapannya, kita akan mampu menjadi pribadi yang bijak, bijak dalam menentukan langkah-langkah kita dan tetap berada di jalan-NYA untuk kemudian berjuang menggapai impian kita.

Sahabatku, kita menganalogikan hidup ini seperti menari. Jika kita mampu memaknainya, kita akan beroleh keberkahan, kebagagiaan dan bisa merasakan keindahan dibaliknya. Hidup itu indah harus disikapi apapun keadaannya.

Salam
Sailendra

Komentar

Unknown mengatakan…
Semoga bisa menjadi bahan perenungan kita..
28 November 2016 pukul 23.28
Unknown mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
28 November 2016 pukul 23.38
Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan

Gambar
Menjadi Sebuah Visi dari Cinta Nak, jangan pernah patah hati apalagi putus asa andai orang lain tak peduli. Kalian harus menyadari ada Alloh di setiap langkah hidupmu. Tak kan pernah patah hati atau kecewa jika seseorang menjadikan Alloh sebagai cinta pertamanya. Saat cinta diabaikan oleh seorang manusia, jiwanya akan selalu bergumam, " Alloh asal ENGKAU mencintaiku, ku tak peduli apapun sikap manusia terhadapku,". Seringkali orang yang memiliki kepasrahan jiwa seperti itu dan menjadikan hidup sebagai sebuah visi dari cinta, jiwanya akan damai, wajah bercahaya jauh dari muram durja. Dengan demikian, orang lain akan menjadikannya sandaran cinta...
Baca selengkapnya

Renungan: SELEMBAR SARUNG LUSUH

Gambar
“Nak, bawalah selalu sarung ini. Ini sarung peninggalan kakekmu. Dengan sarung ini pula, carilah dirimu sendiri juga masa depanmu. Ibu tidak bisa memberi bekal apapun, selain nasehat “wong kang teteg, tekun mesti bakal tekan,” demikian pesan Ibu saya tiga puluh tahun silam, ketika saya hendak berangkat merantau ke Jakarta. Pesan ibu, yang belakangan baru saya ketahui makna dan maksudnya tiba-tiba hadir menari-nari dalam benak ingatan saya. Selembar sarung tua. Pada awalnya saya protes kepada ibu saya, kenapa ibu tega hanya membekali sarung, bukan uang yang cukup untuk bekal saya sementara waktu di perantauan, apalagi kota sebesar Jakarta, yang menurut pendapat orang hidup di Jakarta seperti hidup di hutan rimba, kita akan mudah diterkam kalau tidak memiliki bekal yang cukup. Saya masih terlalu polos saat itu, tidak mampu memaknai pesan-pesan filosofis yang terkandung dibaliknya. Seiring waktu perjalanan hidup saya pun bergulir, saya harus berjuang keras untuk memartabatkan hi
Baca selengkapnya