SEPERTIGA MALAM

foto. dok. kabar makah.

 Tuhan, suara pelan jangkrik memecah hening malam ini, rintik hujan menyirami kering tanah yang beselimutkan debu. di bawah kakilangit kami menengadahkan tangan, sesekali menyeka buliran airmata yang menendangnendang kelopak mata. Alhamdulillah ya Allah, mungkin kalimat ini bukan wakil dari rasa syukur kami, karena tak mungkin pula semua karunia-Mu berimbang hanya dengan ucapan itu. Namun kalimat ini hanyalah pengejawantahan dari sekian banyak kebodohan kami yang membutakan betapa nikmatmu begitu agung.

Tuhan, rengkuh kami dengan belai lembutMU, kala engkau menyapa kami.

Tuhan, Teduhi kami dengan kemahatakterjangkauan engkau, agar kami tetap memendam rindu.

Tuhan, gelitiklah nadi kesadaran kami agar mampu membaca bahwa dalam tiap detik etape kehidupan ini merupakan tanda dari sekian ketakterhinggaan kuasa-Mu.

sepertiga malam, sunyi di tengah keramaian dan ramai di tengah kesunyian. mari menyenandungkan orkestra hati dengan irama taubat dan ketukkan dzikir, Allah, Allah...

sungguh, di jiwa inilah bersemayam buruk dan baik, bukan pada jiwa orang lain. usah kita mencari pembenaran pada kesalahan kita, tetapi mari kita mencari kesalahan pada kebenaran yang kita lakukan, hingga jiwa kita selalu mawas diri dari tipu daya 'khotir' yang begitu halus menempel pada setiap amal yang kita sangkakan ibadah......

ampuni kami Tuhan, di sajadah ini kami bersimpuh dengan segala dosa, noda dan kealfaan kami.

sungguh harap dan takut ini tertuju hanya kepada-Mu, karena kami tau bahwa tidak ada tuhan selain engkau ya Allah, dan kami hanya bagian dari apa yang katakan sebagai 'KUN'.

allahumaghfirlana wali ikhwanina wali ahli baitina waliman ahbabina ya rohman ya rohiim ya Allah..

ilahi anta maqshudi, wa ridhoka mathlubi a'thini mahabbataka wa ma'rifataka ya Allah....

(matur nuwun utk. ustd. Raden)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Renungan

Renungan: SELEMBAR SARUNG LUSUH

Hidup Itu Seperti Menari